Rabu, 15 Juni 2016

Asal Mula Masuknya Kopi di Indonesia


Indonesia merupakan salah satu negara produsen kopi terbesar dunia setelah Brasil dan Vietnam. Nah, apakah sahabat fans kopi tahu awal proses masuknya kopi di Indonesia sehingga menjadikan indonesia sebagai salah satu produsen kopi terbesar didunia? Nah, untuk kali ini fans kopi akan menjelaskan bagaimana awal masuknya kopi di Indonesia.

Kopi pertama kali masuk ke Indonesia tahun 1696 dari jenis kopi Arabika. Kopi arabika pertama ditanam dan dikembangkan disebuah tempat di timur Jatinegara, yang menggunakan tanah pertikelir Kedaung yang kini lebih dikenal dengan Pondok Kopi. Beberapa waktu kemudian kopi Arabika menyebar ke berbagai daerah di Jawa Barat, seperti Bogor, Sukabumi, Banten dan Priangan, hingga kemudian menyebar ke daerah lain, seperti Pulau Sumatera, Sulawesi, Bali dan Timor. Sayangnya tanaman ini kemudian mati semua oleh banjir, maka tahun 1699 didatangkan lagi bibit-bibit baru yang kemudian berkembang di sekititar Jakarta dan Jawa Barat antara lain di Priangan, dan akhirnya menyebar ke berbagai bagian dikepulauan Indonesia seperti Sumatera, Bali, Bali Sulawesi dan Timor.

Tak Lama setelah itu, kopi menjadi komoditi dagang yang sangat diandalkan VOC. Ekspor kopi pertama dilakukan tahun 1711 oleh VOC, dan dalam tempo 10 tahun ekspor meningkat sampai 60 ton/tahun. Karenanya, Hindia Belanda menjadi tempat perkebunan pertama diluar Arabia dan Ethiopia yang membuat VOC memonopoli perdagangan kopi ini dari tahun 1725 sampai 1780. 

Untuk mendukung produksi kopi, VOC membuat perjanjian berat sebelah dengan penguasa setempat dimana para pribumi diwajibkan menanam kopi yang harus diserahkan ke VOC. Perjanjian ini disebut Koffiestel (sistem kopi). Berkat sistem ini pula biji kopi berkualitas tinggi dari tanah jawa bisa membanjiri Eropa. Kopi Jawa saat itu begitu terkenal di Eropa sehingga orang-orang Eropa menyebutnya bukan secangkir kopi, melainka secangkir jawa. Sampai pertengahan abad ke-19 kopi jawa adalah yang terbaik didunia.

Tahun 1706 kopi Jawa diteliti oleh Belanda di Amsterdam, yamg kemudian tahun 1714 hasil penelitian tersebut oleh Belanda diperkenalkan dan ditanam di Jardin des Plantes oleh Raja Louis XIV.

Produksi kopi di Jawa mengalami peningkatan yang cukup signifikan, tahun 1830-1834 produksi kopi Arabika mencapai 26.600 ton, dan 30 tahun kemudian meningkat menjadi 79.600 ton dan puncaknya tahun 1880-1884 mencapai 94.400 ton.

Selama 1 3/4 (satu-tiga perempat) abad kopi Arabika merupakan satu-satunya jenis kopi komersial yang ditanam di Indonesia. Tapi kemudian perkembangan budidaya kopi Arabika di Indonesia mengalami kemunduran sebab serangan penyakit karat daun. Akibatnya Kopi Arabika yang dapat bertahan hidup hanya yang berada pada ketinggian 1000 mdpl, dimana derangan penyakit ini tidak begitu besar. Sisa-sisa tanaman kopi Arabika ini masih dijumpai didataran tinggi Ijen (Jawa Timur), Tanah Tinggi Toraja (Sulawesi Selatan), lereng bagian atas Bukit Barisan (Sumatera) seperti Mandhailing, Lintong dan Sidikalang di Sumatra Utara dan dataran tinggi Gayo di Nangroe Aceh Darussalam.

Untuk menyikapi serangan hama karat daun, pemintahan Belanda mendatangka Kopi Liberika (Coffea Liberica) ke Indonesia pada tahun 1875. Namun ternyata jenis ini ternyata juga mudah diserang penyakit karat daun da kurang bisa diterima dipasa karena rasanya yang terlalu asam.

Usaha selanjutnya dari pemerintah Belanda adalah dengan medatangkan kopi jenis Robusta (Coffea Canephora) tahun 1900, yang ternyata tahan terhadap penyakit karat daun dan memerlukan syarat tumbuh serta pemeliharaan yang ringan, sedangkan produksinya lebih tinggi.

Semenjak Pemerintah Hindia Belanda meninggalka Indonesia, perkebua rakyat terus tumbuh dan berkembang, sedagkan perkebuna swasta hanya bertaha di Jawah Tengah , Jawa Timur dan sebagian kecil di Sumatera dan perkebuan negara (PTPN) hanya tinggal di Jawa Timur dan Jawah Tengah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Copyright © 2017 Iccan Blog All Right Reserved
Planer theme by Way2themes